CEL.XXIII.02.439

Nothing’s impossible, Impossible’s nothing

Mengatasi Panik Saat Interview

Posted by Ardy Prasetyo on March 17, 2009

Akhirnya Anda menerima panggilan untuk wawancara di sebuah perusahaan yang sudah lama Anda impikan. Awalnya Anda merasa excited, namun lama-lama berubah menjadi tegang dan panik. Baru memasuki gedungnya yang megah saja Anda sudah minder. Apalagi ketika bertemu dengan karyawan-karyawannya yang terlihat begitu sophisticated. Saat memasuki ruang wawancara, Anda ternyata dihadang lima pimpinan perusahaan. Wuaah… Apa yang harus saya lakukan? Bagaimana mengatasi ketegangan ini?

Saya bertemu dengan calon karyawan lain yang penampilannya lebih elegan, dan terkesan lebih pintar.

Banyak orang yang menciut saat melihat penampilan calon lain. Biasanya Anda akan terpengaruh, bahwa ada calon lain yang lebih qualified, dan Anda tidak termasuk di dalamnya. Jangan terpengaruh oleh kekuatan nonverbal. Seringkali saat menghadapi pewawancara, mereka pun mendadak gemetar, bersalaman dengan lemah, dan menatap dengan pandangan kosong. Saat Anda memutuskan mendatangi kantor yang akan merekrut Anda, yakinkan bahwa pekerjaan ini adalah yang Anda inginkan, dan Anda memang memenuhi kriteria yang ditentukan.

Saya merasa tegang, dan pewawancara mengetahuinya.

Ini hal yang biasa, dan sesuatu yang memang diharapkan pewawancara. Pewawancara ingin tahu bagaimana Anda mengatasi kegugupan Anda. Asalkan Anda tidak kelewat nervous sampai mengacaukan wawancara Anda sendiri. Bila Anda punya waktu di saat lain, berlatihlah untuk melakukan wawancara. Lamar pekerjaan hanya untuk mengetahui situasi wawancaranya. Rasakan ketakutan yang Anda alami, dan bagaimana Anda mengatasinya. Lakukan evaluasi apakah ada kesalahan yang Anda lakukan atau katakan. Makin banyak interview yang Anda hadiri, semakin Anda terlatih untuk menghadapi pewawancara. Jangan biarkan lagi mereka membuat Anda takut.

Saya tahu akan diwawancara pimpinan perusahaan, dan khawatir tidak mampu menjawabnya.

Satu-satunya cara untuk mengatasi hal ini adalah mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai perusahaan yang akan merekrut Anda. Cari tahu dari rekan-rekan lain yang mungkin mengetahui kinerja perusahaan tersebut. Sebaliknya, tanyalah sebanyak-banyaknya saat Anda diberi kesempatan untuk bertanya.

Saya sudah mempersiapkan diri, namun saya tetap saja nervous dan tak bisa berpikir saat ditanya sesuatu.

Sering terjadi kita mendadak blank saat menerima pertanyaan tak terduga. Hal ini terjadi pada banyak orang. Anda tak harus langsung menjawab bila hal ini terjadi. Katakan pada pewawancara dengan jujur, Anda butuh waktu untuk memikirkan jawabannya. Cara lain adalah dengan meminta pewawancara untuk mengulangi pertanyaannya. Atau, Andalah yang mengulang pertanyaan tersebut untuk pewawancara. Siapa tahu memang Anda salah menangkap pertanyaannya. Sekaligus, tentunya, untuk mengulur waktu. Hal ini justru menunjukkan Anda cukup percaya diri, yaitu dengan meminta arah sebuah pertanyaan.

Saat diwawancara, saya menyadari bahwa pengetahuan saya memang terbatas. Apa yang harus saya katakan?

Jawablah dengan jujur dimana kemampuan Anda. Jangan “menjual” diri dengan menyampaikan hal-hal yang sebenarnya tidak Anda kuasai. Saat mulai bekerja nanti, Anda akan menyadari bahwa pekerjaan tersebut sulit Anda lakukan. Anda tak akan berkembang, dan selain itu perusahaan akan merasa tertipu dengan Anda.

Jawaban saya tidak memuaskan pewawancara.

Tariklah nafas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Jika sebuah jawaban yang bagus tidak memuaskan pewawancara, berikan jawaban lain sebaik yang Anda mampu. Kadang-kadang dengan mulai berbicara dapat membantu Anda kembali ke pokok permasalahan. Yang terparah memang jika Anda sama sekali tak mampu menjawab pertanyaan. Dalam hal ini, Anda sebaiknya bersikap jujur. Tanyakan apakah Anda dapat mengulang pertanyaan tadi di akhir interview. Hal ini menunjukkan inisiatif dan kepercayaan diri Anda.

sumber: kompas.com

Leave a comment